Kamis, 01 September 2011

Dewi Ujung Ombak



Aku seorang dewi
yang terbuai ombak di laut dangkal
terhempas bahagia di laguna
terpaku diam di bisik air mengundang

merindu, jauh dari tubuhku, dewaku di seberang lautan

Tak hanya semburat mentari yang merajuk
aku, juga merajuk dalam mimpi
namun tak terucap, hanya di dalam mimpi
ragaku terlanjur menyerah pada ujung buritan

setiap jengkal tubuhku menginginkan dewaku
namun aku akan menunggu hingga dewaku memanggilku
dan aku akan jatuh
tergulung dalam tarikan ombak

aku akan tetap di sini
hingga mentari terbenam
dan ombak menghilang

aku merindukanmu
dewaku

Kayuh-Kayuh




Kayuh-kayuh dayungku berputar
berderu dalam gulungan ombak
berkala danau tenang melintang
diam

kayuh-kayuh, tanganku mengutuk
melintas langu gunung sembab
masih tenang, tak bersuara
namun gundah gulana

kayuh-kayuh, hatiku menjerit
ingin bercerita pada beringin
gundahku berdesir melejit-lejit
Aku bebas meradang!

Bertekuk siku menampar dayung
hilir-hilir sang beringin marah
menginjak lembayung
jauh, di keharibaan malam
ceritaku tak bersambut

kayuh-kayuh ke perut gunung
jalanku menghilang, terpuruk bersama asa

kini, hari sudah malam
kayuhanku pun berhenti
tak ada kayuhan lagi
satu pun
tak ada ampun

Jumat, 26 Agustus 2011

Menjerit


Saat aku ingin menjerit
Kukatupkan mulutku rapat-rapat
agar suaraku tak dapat keluar
tak bergaung di kuping-kuping
dan mulut-mulut lainnya

Saat aku ingin menjerit
kumatikan luapan di dalam dadaku
menjadi makhluk tak berjiwa
hingga merasa tertekan dan pepat
hingga mati dalam satu desahan nafas

saat aku ingin menjerit
aku hanya akan tersenyum
berbohong pada dunia
berbohong pada diriku sendiri
hingga akhirnya lelap di peraduan

dan ketika masaku tiba untuk menjerit
aku akan hidup kembali
dengan mematahkan patok-patok di mulutku
dengan membebaskan angan-angan jiwaku
dan membebaskan airmataku mengalir

aku akan memanusiakan diriku kelak.
manusia seutuhnya.
manusia yang bebas berteriak.
dari kerongkongan hingga ke paru-paru.

suatu saat nanti.
kelak.